Film Restorasi
Merupakan suatu hal yang membanggakan, akhirnya ada film Dr Samsi yang berhasil di restorasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) .
Hingga kini, selain Dr. Samsi ,Kemdikbudristek telah melakukan restorasi sebanyak empat judul film yaitu :
1) Darah dan Doa (The Long March), karya Usmar Ismail, produksi tahun 1950 dan di restorasi tahun 2013;
2) Pagar Kawat Berduri, karya Asrul Sani, produksi tahun 1961 dan di restorasi tahun 2017;
3) Bintang Ketjil, karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Biran, produksi tahun 1963 dan di restorasi tahun 2018; serta
4) Kereta Api Terakhir, karya Mochtar Soemodimedjo, produksi tahun 1981 dan di restorasi pada tahun 2019.
Film Dr.Samsi karya sutradara perempuan pertama Indonesia, Ratna Asmara.
Film ini merupakan salah satu film bermateri seluloid 35mm yang tersimpan dalam koleksi Sinematek Indonesia dengan kondisi yang nyaris punah dan tidak lengkap.
Berikut ini adalah pengamatan akan pembahasan film Dr Samsi ini
Along with @efi_sh, us from kelas liarsip were interviewed by Laune. We shared our research project on Suratna or Ratna Asmara and digitisation process, bringing the only film left directed by the 1st female director from indonesia, Dr. Samsi (1952) https://t.co/iJQCRO8lX6
— Umi Lestari (@umi_lestari_) September 3, 2022
Masih sedikit yang mengetahui akan keberadaan film-film karya Indonesia di masa lampau, oleh karena itu dalam kesempatan khusus ini.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, mengatakan
“…bahwa restorasi dan peluncuran kembali film Dr. Samsi diharapkan dapat menambah kekayaan arsip dan penyelamatan materi yang selama ini pernah menjadi catatan kejayaan sinema nasional. Menurutnya, pengarsipan dan restorasi film ini menjadi salah satu kerja nyata Kemendikbudristek menghargai peran para sutradara sekaligus karya-karyanya dalam membangun industri perfilman di Indonesia…”.
Sinopsis Film Dr. Samsi
Alur cerita mengisahkan perjalanan emosional seorang dokter bernama Samsi yang merawat anak hasil hubungan gelapnya dengan seorang perempuan bernama Sukaesih.
Anak tersebut diberi nama Sugiat dan lantas makin tumbuh besar.
Sugiat tumbuh dewasa dan menjadi pengacara tanpa mengetahui kebenaran ibu kandungnya.
Saat Sugiat pulang ke Indonesia dari sekolah hukum di luar negeri, ia harus menangani kasus Sukaesih yang dituduh membunuh suaminya sendiri bernama Leo.
“Film yang diproduksi tahun 1952 ini menjadi penanda penting perkembangan industri sineas Indonesia yang tetap relevan hingga kini. Dari film ini memberikan inspirasi ke pegiat sinema sekarang untuk menjelajahi tema-tema universal menggugah hati,” tutup Mahendra.
Ratna Asmara (1913-1968) dikenal sebagai seorang sutradara perempuan pertama di Indonesia dan perempuan berbakat yang kerap membawa nuansa eksploratif ke setiap adegan karya ciptaannya. Dirinya juga cukup sering melibatkan alur cerita dengan visual yang indah serta narasi yang kaya.
Setiap karya Ratna Asmara tidak hanya mencerminkan kepiawaian dalam pengarahan, tetapi juga menyajikan warisan budaya yang kaya dalam sejarah perfilman Indonesia.
Dengan begitu film-filmnya selalu menyajikan ciri khas kekayaan budaya nasional untuk disaksikan publik.
Jika Teman Nonton Film masih penasaran akan film-film restorasi, bisa menghubungi
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id